GENERASI UNGGUL MELALUI PENDIDIKAN
KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGHADAPI AEC (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY)
DAN AFTA (ASEAN FREE TRADE
AREA) 2015
SATRIA IRWANDI
Mahasiswa pascasarjana
Universitas Negeri Malang Jurusan
Manajemen Pendidikan
ABSTRAK:
ASEAN Free Trade Area(AFTA) yang dibingkai dalam satu wadah ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC)yang merupakan peluang sekaligus
tantangan bagi bangsa Indonesia khususnya tantangan
dunia pendidikan dalam mencetak tenaga kerja handal dan terampil dibidangnya. Tingkat
pendidikan masyarakat Indonesia khususnya tenaga kerja produktif ternyata masih
rendah bila dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lainnya.Pendidikan sebagai sarana mempersiapkan anak
bangsa menuju era tersebut haruslah berorientasi pada pendidikan kewirausahaan
(enterpreunership) dalam menjadikan
dan membentuk mental generasi muda yang mandiri, memiliki inovasi, daya saing, mental pantang menyerah dan mandiri serta menumbuhkan
rasa nasionalisme dan cinta akan produksi dan hasil karya sendiri sehingga mampu
bersaing pada era Pasar
bebas ASEAN/ASEAN Free Trade Area(AFTA)dan
Masyarakat ekonomi ASEAN/ASEAN Economic
Community (AEC.
Kata
kunci :ASEAN Free Trade Area(AFTA),ASEAN Economic Community (AEC),pendidikan kewirausahaan (enterpreunership)
ABSTRACT: The competition faced by Indonesia in the
future will be much greater in order to face ASEAN Free Trade Area (AFTA),
which is framed in ASEAN Economic Community (AEC) is an opportunity and
challenge to Indonesia, especially in the educational challenge scored reliable
and skilled labor in the art education level of the people of Indonesia,
especially the productive labor force was still low when compared to the ASEAN
member other countries, education as a means of preparing the nation toward the
era should be oriented entrepreneurship education in making and mental shape
independent youth, has innovation, competitiveness, mental unyielding and
independent and foster a sense of nationalism and love for the production and
the work itself so as to compete in the free market era ASEAN free Trade Area
(AFTA) and ASEAN Economic Community (AEC)
Pendahuluan
Pasar bebas ASEAN/ASEAN Free Trade Area(AFTA)yang dibingkai dalam satu wadah yang bernama
masyarakat ekonomi ASEAN/ASEAN Economic
Community (AEC)merupakan peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia
yang notabene merupakan populasi terbesar dari Negara-negara yang ada diwilayah
ASEAN . Semenjak di deklarasikannya ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 yang lalu
di Bangkok. Cita-cita besar bangsa asia tenggara untuk membentuk masyarakat ekonomi ASEAN guna mewujudkan
Negara ASEAN yang maju, aman, sejahtera , stabil, dan makmur serta saling
bekerjasama, telah disepakati bersama
yang dituangkan dalam ASEAN Vision 2020
sebagai visi dari bangsa-bangsa asia
tenggara yang diantara visi klausul tersebut terdapat AEC dan AFTA sebagai
bagian yang tar terpisahkan.
AEC dianggap sebagai salah satu sarana agar Indonesia
dapat terintegrasi ke dalam sistem global dan dengan demikian meninggalkan
ketertutupan akan dunia. Persiapan untuk menghadapi AEC pun mulai menjadi topik
pembicaraan yang hangat di kalangan masyarakat. Dalam konteks manajemen dan bisnis, implementasi AEC akan
banyak mengubah tatanan persaingan bisnis yang telah ada (Oki Fauzi
Rahman:2014). Adanya liberalisasi ekonomi ini menyebabkan pasar domestik tidak
saja akan dikendalikan oleh pelaku usaha domestik saja tetapi juga pelaku usaha
dari negara ASEAN lainnya. Sebaliknya para pelaku usaha domestik bisa melakukan
ekspansi ke pasar negara ASEAN dengan cara yang relatif lebih mudah.
Penerapan AEC 2015 meletakkan perekonomian Indonesia pada
posisi yang menguntungkan jika Indonesia mampu memanfaatkannya, perekonomian
Indonesia akan mencapai kejayaan. Kejayaan dalam arti Indonesia sebagai bangsa
besar yang berpengaruh dan dihormati dunia, khususnya ASEAN, karena mampu
memanfaatkan semangat globalisasi.Artinya, dengan penerapan AEC 2015, terbuka
pasar yang lebih luas bagi pengusaha Indonesia untuk memasarkan produknya di
Negara-negara anggota ASEAN lainnya.
ASEAN sebagai Organisasi bilateral yang
merupakan wujud kerjasama Negara-negara ASEAN
dalam menghadapi era tersebut, harus melakukan persiapan-persiapan, khususnya dalam bidang kebijakan publik yang
menitikberatkan pada sektor-sektor vital
di segala lini untuk mempersiapkan Negara dan bangsa ASEAN menghadapi
era tersebut. Kebijakan arah pembangunan Negara- Negara ASEAN menyongsong era
tersebut dapat kita lihat pada pembangunan infra struktur dan peningkatan
bantuan bagi kelompok usaha produktif telah di lakasanakan oleh Negara –negara ASEAN
dan juga negara kita Indonesia.
Dalam
menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN yang akan dimulai pada tahun 2015
pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa pembangunan dibidang infrastruktur seperti pembangunan
bandara Internasional, pelabuhan, jalan, sektor pendidikan dan lain-lain, perekonomian Indonesia akan terjun bebas bila tidak mampu
menjawab dan mempersiapkan diri dari segi infra struktur maupun sumber daya
manusianya. Artinya Indonesia hanya dimanfaatkan sebagai pasar bagi berbagai
komoditas barang dan jasa negara-negara ASEAN.Dengan tingkat kondusivitas
pertumbuhan perekonomian serta jumlah populasi penduduk terbesar di ASEAN,
sangat memungkinkan skenario ini terjadi.Karena Indonesia sebagai Negara tersebesar dan terluas diantara
Negara-negara ASEAN dan merupakan pangsa pasar terbesar dari kebijakan Pasar
bebas dari masyarakat ekonomi ASEAN.
Pembentukan generasi Unggul melalui
pendidikan
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang sangat potensial maka pemanfaatan sumber daya Alam dan sumber
daya manusia di Indonesia sudah menjadi satu keharusan bagi Negara untuk
mengoptimalkan potensi tersebut, namun pada kenyataannya masih jauh dari kata
memuaskan, dikarenakan infra struktur dan pendidikan di Indonesia belum merata.
Pasar domestik Indonesia dengan potensi jumlah penduduk
yang besar merupakan pasar yang sangat menggiurkan bagi berbagai produk
impor.Melihat realitas tantangan yang dihadapi, Indonesia harus mulai
berbenah.Tidak banyak waktu bagi Indonesia untuk memperbaiki daya saing
perekonomian nasional. Padahal begitu banyak yang perlu segera dilakukan untuk
mengatasi berbagai ketertinggalan, khususnya dalam kecepatan doing business, peraturan dan
perundangan, birokrasi, permodalan, infrastruktur, dan kualitas produk (Bayu
Priawan Joko Sutono:2014).Peningkatan daya saing adalah kebutuhan masa kini
yang harus segera dipenuhi serta yang paling utama yaitu penyiapan para
generasi muda dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas dunia.
Kompetisi yang dihadapi Indonesia akan jauh lebih besar
dalam menghadapi era Perdagangan bebas Asean dan Masyarakat Ekonomi ASEAN
khususnya tantangan dunia pendidikan dalam mencetak tenaga kerja handal dan terampil
dibidangnya. Indonesia saat ini memang merupakan salah satu pengekspor tenaga
kerja terbesar ke luar negeri, akan tetapi semua justru kebanyakan berasal dari
tenaga kerja tidak terampil. Namun, dalam konteks ASEAN Economic Community ini
sudah tidak mengarah pada penempatan
tenaga kerja tidak terampil tetapi lebih memfokuskan pada tenaga terampil
sehingga akan menunjang kerjasama antar bangsa.
Sedikitnya jumlah tenaga profesional dan kurangnya
penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris menjadi ancaman serius bagi
Negara Indonesia, sementara permasalahan
tenaga kerja di Indonesia masih terkonsentrasi lebih banyak kepada penanganan kasus buruh
daripada peningkatan daya saing tenaga terampil.
Kualitas tenaga terampil di Indonesia, menurut Tim Tarif
Depkeu(2014) berdasarkan Laporan Bank Dunia, terjadi kesenjangan besar dalam
kualitas tenaga terampil di Indonesia.Disebutkan kesenjangan terbesar adalah
penggunaan bahasa Inggris (44%), penggunaan komputer (36%), ketrampilan
perilaku (30%), ketrampilan berpikir kritis (33%) dan ketrampilan dasar
(30%).Hal yang lebih mengenaskan lagi adalah ketimpangan jumlah pekerja di
Indonesia hanya 7% saja yang mengenyam pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia khususnya tenaga
kerja produktif ternyata masih rendah bila dibandingkan dengan Negara anggota
ASEAN lainnya. Dari segenap kekurangan yang ada, tentu ada peluang yang bisa
kita tangkap dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community diantaranya Indonesia
akan dipacu lebih kompetitif dalam mencetak tenaga terampilnya, Indonesia dapat
membuat kerjasama dalam bidang pendidikan dengan negara maju di ASEAN serta
mempersiapkan generasi mudanya dibidang pendidikan.
Pendidikan menjadi begitu penting sebagai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan skeptis tentang kemampuan bangsa Indonesiadalam bersaing
dengan Negara Asean lainnya dalam era masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) dan
Perdagangan bebas ASEAN (AFTA) yang akan dimulai pada tahun 2015. Dengan
pendidikanlah Potensi Indonesia sebagai
Negara dengan Jumlah penduduk yang besar dapat tumbuh pesat dan memegang
peranan penting dalam era tersebut, sehingga diharapkan era ini menjadi momen bagi
bangsa Indonesia untuk tumbuh menjadi Negara maju.
Pendidikan sebagai sarana mempersiapkan anak
bangsa menuju era tersebut haruslah berorientasi pada pendidikan kewirausahaan
( enterpreunership) dalam menjadikan
dan membentuk mental generasi muda yang mandiri dan memiliki inovasi serta daya
saing(Republika online:2014).
Menurut Yamin and Tanas(2006):Entrepreneurship
is a response to the changing economies/employment landscape and
entrepreneurial education should impart the necessary social and transferable
skills that future employers may seek.
Kewirausahaan adalah respon untuk mengubah ekonomi / lanskap kerja dan
pendidikan kewirausahaan harus memberikan keterampilan sosial dan memberikan
kemampuan/skill yang menjadi tuntutan dunia kerja dimasa yang akan datang
Pendidikan kewirausahaan diharapkan menjadi
salah satu jawaban untuk mampu mengatasi tantangan yang ada pada sektor pendidikan kita
disamping peningkatan infrastruktur pendidikan dan tenaga kependidikan yang menjadi
perhatian pemerintah Indonesia. Sebagai langkah kongkrit dari kebijakan
pendidikan haruslah pendidikan kewirausahaan ini dimasukkan kedalam kurikulum
pendidikan kita dan di wujudkan dalam penerapan kurikulum disekolah.
Wujud
pendidikan kewirausahaan
di sekolahdapat diimplementasikan
secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu
komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam
kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang
dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Penerapan kewirausahaan di sekolah.
Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat
menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem
penilaian.Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP
dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan yaitu mandiri, kreatif pengambil resiko,
kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Pengintegrasian nilai tersebut juga di terapkan dalam
Kegiatan Ekstra Kurikuler yang merupakan
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka. Demikian juga Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan
di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan
karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi
dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan
ekstra kurikuler.Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam
kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business
day’ (bazar, karya peserta didik, dll).Adapun salah satu contoh
model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku
wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin
kejujuran, dsb.
Komponen selanjutnya adalah ketersediaan Bahan/buku ajar
menjadi komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang
sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan
semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar,
tanpa melakukan adaptasi yang berarti dalam pembelajaran.Penginternalisasian
nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam
pemaparan materi, tugas maupun evaluasi sehingga diharapkan tujuan dari
pembinaan karakter yang ingin dicapai dalam pembelajaran kewirausahaan dapat
tercapai.
Adapun Pengembangan nilai-nilai karakter dalam pendidikan
kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan
peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua karakter
yang diharapkan dalam pembelajaran yaitu seperti kejujuran, tanggung jawab,
disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga
sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
Demikian juga dengan pengintegrasian mata pelajaran
kewirausahaan/ Enterpreunership dalam
muatan lokal, diharapkan mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta
didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di ingkungan
sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk
mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan
anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan dan juga mampu
menciptakan inovasi dari potensi yang dia miliki.
Penutup
Kesimpulan
Sikap mental yang tangguh yang di harapkan dalam
pembelajaran kewirausahaan ini tidak hanya menciptakan generasi muda yang hanya
mampu sebagai pengusaha-pengusaha retailer yang tetap menjadi sasaran pengusaha
dari Negara lain, namun diharapkan nantinya dari pelajaran ini akan terbentuk
karakter kewirausahaan yang diharapkan sehingga disamping pelajaran- pelajaran
matematika, Sains, dan Bahasa, yang
dapat menciptakan suatu teori dan penemuan baru, pendidikan kewirausahaan ini
diharapkan membentuk mental pantang menyerah dan mandiri serta menumbuhkan rasa
nasionalisme dan cinta akan produksi dan hasil karya sendiri dan mampu bersaing
pada era Pasar Bebas ASEAN dan di tingkat global pada umumnya. Semoga.
Saran
Langkah sekolahagar
dapat meraihsukses dalam menerapkan pola kewirausahaan disekolah adalah kepala
sekolah bersama guru dantenaga kependidikan lainnya berpikirkreatif dan
bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yangdiusahakan.
Kepala sekolah perlu memberipembelajaran kepada guru dan staf untuk memahami
dan mengaktualisasikansemangat dan jiwa kewirausahaan sekolahdengan cara
menyesuaikan dengan bidangtugasnya masing-masing. Kepala sekolahdiharapkan
mampu menyakinkan semuapihak bahwa sekolah adalah “lahangarapan bersama” dan
maju mundurnyasekolah menjadi tanggung jawab bersama.Jika sekolah maju, maka
kemajuan itumenjadi “milik bersama” artinya semuapihak mendapatkan manfaat
dalam segalabentuknya. Manajemen partisipatif yangditerapkan di sekolah akan
memberikankepercayaan kepada guru dan staf sesuaidengan kemampuan yang
dimiliki. Sekolahharus mampu mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dan
mengoptimalkanperan serta masyarakat sebagai salah satupilar dalam pengembangan
sekolah berbasis kewirausahaan untuk membentuk generasi unggul yang dapat bersaing
dalam era AFTA dan AEC.
Daftar Rujukan
Diah. M.P (13 Juni 2013),
Sudah Siapkah Indonesia menghadapi ASEAN
Economic Community 2015 (Online) (http://martinafiaub.wordpress.com/2013/06/13/sudah-siapkah-indonesia-menghadapi-asean-economic-community-2015/) diakses 28 Nopember 2014
Priawan,B.D (02 April 2013), Tantangan
dan Peluang AEC.(Online) (http://budisansblog.blogspot.com/2013/04/tantangan-dan-peluang-aec.html)
diakses 28 Nopember 2014
Rachman,O.F (25 Maret 2014)AEC dan rantai Produksi Global.(Online)
(http://www.parunten.com/2014/03/25/aec-dan-rantai-produksi-global/) diakses 28/11/2014
Republika
Online (14 September 2014), Bertahan Hidup di Dunia Tanpa
Batas (Online),(http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/14/09/30/ncp78q16-bertahan-hidup-di-dunia-tanpa-batas)
diakses 28 Nopember 2014
S. Yamin and J.K. Tanas, 2006. Entrepreneurial education in Poland for the
new millennium: a social capital perspective. Int. J. Business
Innovation and Research, Vol. 1, Nos. 1/2, 2006. Inderscience Enterprises
Ltd
Tim Tarif Depkeu,2014. ASEAN Free Trade Area (AFTA), (Online), (http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
9 )
diakses 28 Nopember 2014
izin share gan....
ReplyDeleteok...gan sorry baru aktif buka blog lagi.....
ReplyDelete