Monday, March 23, 2015

TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI AFTA 2015

GENERASI UNGGUL MELALUI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGHADAPI  AEC (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY)  DAN AFTA (ASEAN FREE TRADE AREA) 2015

SATRIA IRWANDI
Mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Malang  Jurusan Manajemen Pendidikan


ABSTRAK: ASEAN Free Trade Area(AFTA) yang dibingkai dalam satu wadah ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC)yang merupakan peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia khususnya tantangan dunia pendidikan dalam mencetak tenaga kerja handal dan terampil dibidangnya. Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia khususnya tenaga kerja produktif ternyata masih rendah bila dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lainnya.Pendidikan sebagai sarana mempersiapkan anak bangsa menuju era tersebut haruslah berorientasi pada pendidikan kewirausahaan (enterpreunership) dalam menjadikan dan membentuk mental generasi muda yang mandiri, memiliki inovasi, daya saing, mental pantang menyerah dan mandiri serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta akan produksi dan hasil karya sendiri sehingga mampu bersaing pada era Pasar bebas ASEAN/ASEAN Free Trade Area(AFTA)dan Masyarakat ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC.
Kata kunci :ASEAN Free Trade Area(AFTA),ASEAN Economic Community (AEC),pendidikan kewirausahaan (enterpreunership)
ABSTRACT: The competition faced by Indonesia in the future will be much greater in order to face ASEAN Free Trade Area (AFTA), which is framed in ASEAN Economic Community (AEC) is an opportunity and challenge to Indonesia, especially in the educational challenge scored reliable and skilled labor in the art education level of the people of Indonesia, especially the productive labor force was still low when compared to the ASEAN member other countries, education as a means of preparing the nation toward the era should be oriented entrepreneurship education in making and mental shape independent youth, has innovation, competitiveness, mental unyielding and independent and foster a sense of nationalism and love for the production and the work itself so as to compete in the free market era ASEAN free Trade Area (AFTA) and ASEAN Economic Community (AEC)
Pendahuluan
Pasar bebas ASEAN/ASEAN Free Trade Area(AFTA)yang dibingkai dalam satu wadah yang bernama masyarakat ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC)merupakan peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia yang notabene merupakan populasi terbesar dari Negara-negara yang ada diwilayah ASEAN . Semenjak di deklarasikannya ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 yang lalu di Bangkok. Cita-cita besar bangsa asia tenggara untuk membentuk  masyarakat ekonomi ASEAN guna mewujudkan Negara ASEAN yang maju, aman, sejahtera , stabil, dan makmur serta saling bekerjasama,  telah disepakati bersama yang dituangkan dalam  ASEAN Vision 2020 sebagai  visi dari bangsa-bangsa asia tenggara yang diantara visi klausul tersebut terdapat AEC dan AFTA sebagai bagian yang tar terpisahkan.
AEC dianggap sebagai salah satu sarana agar Indonesia dapat terintegrasi ke dalam sistem global dan dengan demikian meninggalkan ketertutupan akan dunia. Persiapan untuk menghadapi AEC pun mulai menjadi topik pembicaraan yang hangat di kalangan masyarakat.    Dalam konteks manajemen dan bisnis, implementasi AEC akan banyak mengubah tatanan persaingan bisnis yang telah ada (Oki Fauzi Rahman:2014). Adanya liberalisasi ekonomi ini menyebabkan pasar domestik tidak saja akan dikendalikan oleh pelaku usaha domestik saja tetapi juga pelaku usaha dari negara ASEAN lainnya. Sebaliknya para pelaku usaha domestik bisa melakukan ekspansi ke pasar negara ASEAN dengan cara yang relatif lebih mudah.
Penerapan AEC 2015 meletakkan perekonomian Indonesia pada posisi yang menguntungkan jika Indonesia mampu memanfaatkannya, perekonomian Indonesia akan mencapai kejayaan. Kejayaan dalam arti Indonesia sebagai bangsa besar yang berpengaruh dan dihormati dunia, khususnya ASEAN, karena mampu memanfaatkan semangat globalisasi.Artinya, dengan penerapan AEC 2015, terbuka pasar yang lebih luas bagi pengusaha Indonesia untuk memasarkan produknya di Negara-negara anggota ASEAN lainnya.
ASEAN sebagai Organisasi bilateral yang merupakan wujud kerjasama Negara-negara ASEAN  dalam menghadapi era tersebut, harus melakukan persiapan-persiapan,  khususnya dalam bidang kebijakan publik yang menitikberatkan pada sektor-sektor vital  di segala lini untuk mempersiapkan Negara dan bangsa ASEAN menghadapi era tersebut. Kebijakan arah pembangunan Negara- Negara ASEAN menyongsong era tersebut dapat kita lihat pada pembangunan infra struktur dan peningkatan bantuan bagi kelompok usaha produktif telah di lakasanakan oleh Negara –negara ASEAN dan juga negara kita Indonesia.
            Dalam menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN yang akan dimulai pada tahun 2015 pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa pembangunan  dibidang infrastruktur seperti pembangunan bandara Internasional, pelabuhan, jalan, sektor pendidikan dan lain-lain, perekonomian Indonesia akan terjun bebas bila tidak mampu menjawab dan mempersiapkan diri dari segi infra struktur maupun sumber daya manusianya. Artinya Indonesia hanya dimanfaatkan sebagai pasar bagi berbagai komoditas barang dan jasa negara-negara ASEAN.Dengan tingkat kondusivitas pertumbuhan perekonomian serta jumlah populasi penduduk terbesar di ASEAN, sangat memungkinkan skenario ini terjadi.Karena Indonesia sebagai Negara tersebesar dan terluas diantara Negara-negara ASEAN dan merupakan pangsa pasar terbesar dari kebijakan Pasar bebas dari masyarakat ekonomi ASEAN.
Pembentukan generasi Unggul melalui pendidikan
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat potensial maka pemanfaatan sumber daya Alam dan sumber daya manusia di Indonesia sudah menjadi satu keharusan bagi Negara untuk mengoptimalkan potensi tersebut, namun pada kenyataannya masih jauh dari kata memuaskan, dikarenakan infra struktur dan pendidikan di Indonesia belum merata.
Pasar domestik Indonesia dengan potensi jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang sangat menggiurkan bagi berbagai produk impor.Melihat realitas tantangan yang dihadapi, Indonesia harus mulai berbenah.Tidak banyak waktu bagi Indonesia untuk memperbaiki daya saing perekonomian nasional. Padahal begitu banyak yang perlu segera dilakukan untuk mengatasi berbagai ketertinggalan, khususnya dalam kecepatan doing business, peraturan dan perundangan, birokrasi, permodalan, infrastruktur, dan kualitas produk (Bayu Priawan Joko Sutono:2014).Peningkatan daya saing adalah kebutuhan masa kini yang harus segera dipenuhi serta yang paling utama yaitu penyiapan para generasi muda dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas dunia.
            Kompetisi yang dihadapi Indonesia akan jauh lebih besar dalam menghadapi era Perdagangan bebas Asean dan Masyarakat Ekonomi ASEAN khususnya tantangan dunia pendidikan dalam mencetak tenaga kerja handal dan terampil dibidangnya. Indonesia saat ini memang merupakan salah satu pengekspor tenaga kerja terbesar ke luar negeri, akan tetapi semua justru kebanyakan berasal dari tenaga kerja tidak terampil. Namun, dalam konteks ASEAN Economic Community ini sudah tidak  mengarah pada penempatan tenaga kerja tidak terampil tetapi lebih memfokuskan pada tenaga terampil sehingga akan menunjang kerjasama antar bangsa. 
Sedikitnya jumlah tenaga profesional dan kurangnya penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris menjadi ancaman serius bagi Negara Indonesia, sementara  permasalahan tenaga kerja di Indonesia masih terkonsentrasi  lebih banyak kepada penanganan kasus buruh daripada peningkatan daya saing tenaga terampil.
Kualitas tenaga terampil di Indonesia, menurut Tim Tarif Depkeu(2014) berdasarkan Laporan Bank Dunia, terjadi kesenjangan besar dalam kualitas tenaga terampil di Indonesia.Disebutkan kesenjangan terbesar adalah penggunaan bahasa Inggris (44%), penggunaan komputer (36%), ketrampilan perilaku (30%), ketrampilan berpikir kritis (33%) dan ketrampilan dasar (30%).Hal yang lebih mengenaskan lagi adalah ketimpangan jumlah pekerja di Indonesia hanya 7% saja yang mengenyam pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia khususnya tenaga kerja produktif ternyata masih rendah bila dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lainnya. Dari segenap kekurangan yang ada, tentu ada peluang yang bisa kita tangkap dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community diantaranya Indonesia akan dipacu lebih kompetitif dalam mencetak tenaga terampilnya, Indonesia dapat membuat kerjasama dalam bidang pendidikan dengan negara maju di ASEAN serta mempersiapkan generasi mudanya dibidang pendidikan.
Pendidikan menjadi begitu penting sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan skeptis tentang kemampuan bangsa Indonesiadalam bersaing dengan Negara Asean lainnya dalam era masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) dan Perdagangan bebas ASEAN (AFTA) yang akan dimulai pada tahun 2015. Dengan pendidikanlah  Potensi Indonesia sebagai Negara dengan Jumlah penduduk yang besar dapat tumbuh pesat dan memegang peranan penting dalam era tersebut,  sehingga diharapkan era ini menjadi momen bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh menjadi Negara maju.
Pendidikan sebagai sarana mempersiapkan anak bangsa menuju era tersebut haruslah berorientasi pada pendidikan kewirausahaan ( enterpreunership) dalam menjadikan dan membentuk mental generasi muda yang mandiri dan memiliki inovasi serta daya saing(Republika online:2014).
Menurut Yamin and Tanas(2006):Entrepreneurship is a response to the changing economies/employment landscape and entrepreneurial education should impart the necessary social and transferable skills that future employers may seek.
Kewirausahaan adalah respon  untuk mengubah ekonomi / lanskap kerja dan pendidikan kewirausahaan harus memberikan keterampilan sosial dan memberikan kemampuan/skill yang menjadi tuntutan dunia kerja dimasa yang akan datang
Pendidikan kewirausahaan diharapkan menjadi salah satu jawaban untuk mampu mengatasi tantangan  yang ada pada sektor pendidikan kita disamping peningkatan infrastruktur pendidikan dan tenaga kependidikan yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Sebagai langkah kongkrit dari kebijakan pendidikan haruslah pendidikan kewirausahaan ini dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan kita dan di wujudkan dalam penerapan kurikulum disekolah.
            Wujud pendidikan kewirausahaan di sekolahdapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

Penerapan kewirausahaan di sekolah.
Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan yaitu  mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Pengintegrasian nilai tersebut juga di terapkan dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler yang merupakan  kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Demikian juga Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll).Adapun salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
Komponen selanjutnya adalah ketersediaan Bahan/buku ajar menjadi komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti dalam pembelajaran.Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi sehingga diharapkan tujuan dari pembinaan karakter yang ingin dicapai dalam pembelajaran kewirausahaan dapat tercapai.
Adapun Pengembangan nilai-nilai karakter dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua karakter yang diharapkan dalam pembelajaran yaitu seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
Demikian juga dengan pengintegrasian mata pelajaran kewirausahaan/ Enterpreunership dalam muatan lokal, diharapkan mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan dan juga mampu menciptakan inovasi dari potensi yang dia miliki.


Penutup
Kesimpulan
Sikap mental yang tangguh yang di harapkan dalam pembelajaran kewirausahaan ini tidak hanya menciptakan generasi muda yang hanya mampu sebagai pengusaha-pengusaha retailer yang tetap menjadi sasaran pengusaha dari Negara lain, namun diharapkan nantinya dari pelajaran ini akan terbentuk karakter kewirausahaan yang diharapkan sehingga disamping pelajaran- pelajaran matematika, Sains, dan Bahasa,  yang dapat menciptakan suatu teori dan penemuan baru, pendidikan kewirausahaan ini diharapkan membentuk mental pantang menyerah dan mandiri serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta akan produksi dan hasil karya sendiri dan mampu bersaing pada era Pasar Bebas ASEAN dan di tingkat global pada umumnya. Semoga.
Saran
Langkah  sekolahagar dapat meraihsukses dalam menerapkan pola kewirausahaan disekolah adalah kepala sekolah bersama guru dantenaga kependidikan lainnya berpikirkreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yangdiusahakan. Kepala sekolah perlu memberipembelajaran kepada guru dan staf untuk memahami dan mengaktualisasikansemangat dan jiwa kewirausahaan sekolahdengan cara menyesuaikan dengan bidangtugasnya masing-masing. Kepala sekolahdiharapkan mampu menyakinkan semuapihak bahwa sekolah adalah “lahangarapan bersama” dan maju mundurnyasekolah menjadi tanggung jawab bersama.Jika sekolah maju, maka kemajuan itumenjadi “milik bersama” artinya semuapihak mendapatkan manfaat dalam segalabentuknya. Manajemen partisipatif yangditerapkan di sekolah akan memberikankepercayaan kepada guru dan staf sesuaidengan kemampuan yang dimiliki. Sekolahharus mampu mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dan mengoptimalkanperan serta masyarakat sebagai salah satupilar dalam pengembangan sekolah berbasis kewirausahaan untuk membentuk generasi unggul yang dapat bersaing dalam era AFTA dan AEC.







Daftar Rujukan
Diah. M.P (13 Juni 2013), Sudah Siapkah Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community 2015 (Online) (http://martinafiaub.wordpress.com/2013/06/13/sudah-siapkah-indonesia-menghadapi-asean-economic-community-2015/) diakses 28 Nopember 2014
Priawan,B.D (02 April 2013), Tantangan dan Peluang AEC.(Online) (http://budisansblog.blogspot.com/2013/04/tantangan-dan-peluang-aec.html) diakses 28 Nopember 2014
Rachman,O.F (25 Maret 2014)AEC dan rantai Produksi Global.(Online) (http://www.parunten.com/2014/03/25/aec-dan-rantai-produksi-global/) diakses 28/11/2014
Republika Online (14 September 2014), Bertahan Hidup di Dunia Tanpa Batas (Online),(http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/14/09/30/ncp78q16-bertahan-hidup-di-dunia-tanpa-batas) diakses 28 Nopember 2014
S. Yamin and J.K. Tanas, 2006. Entrepreneurial education in Poland for the new millennium: a social capital perspective. Int. J. Business Innovation and Research, Vol. 1, Nos. 1/2, 2006. Inderscience Enterprises Ltd
Tim Tarif Depkeu,2014. ASEAN Free Trade Area (AFTA), (Online), (http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA 9   )  diakses 28 Nopember 2014


2 comments:

profil