Monday, March 23, 2015

TIPS EFEKTIF SUPERVISI



TIPS EFEKTIF SUPERVISI PENDIDIKAN SEKOLAH

Pendahuluan
            “ If you know the enemy better than you know yourself the outcome of the battle has already been decided” 
                                                                                      Sun tzu
Ungkapan dari sun tzu mengenai startegi dalam memenangkan suatu peperangan  dapat kita jadikan sebagai satu perumpamaan, khususnya di bidang supervisi dalam rangka meningkatkan pendidikan Indonesia,perlu diperhatikan beberapa aspek dan proses dimana lembaga pendidikan harus memperhatikan strategi baik sikap-sikap dan langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sebagai area pertempuran kita sebagai insan pendidik dimana sangat perlu mengetahui semua kendala yang ada pada diri lembaga atau sekolah dan dan bagaimana kita mengatasinya untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dan nilai tawar dari lembaga atau sekolah yang dalam hal ini posisi dari supervisi sangat dibutuhkan.

Tujuan
            Setelah  membaca Bab 8 buku ini, pembaca diharapkan mampu:
1.    Memahami sikap kopetitif pengelola lembaga pendidikan dalam menjalankan tugas kelembagaannya untuk meningkatkan mutu pendidikan  
2.    Memahami strategi Pengelola pendidikan dalam mengambil keputusan untuk menghadapi persaingan





SUPERVISI DAN KEBANGKITAN PENDIDIKAN INDONESIA

BAB VIII

Kebangkitan pendidikan di Indonesia adalah harapan dan cita-cita bangsa ini. Dengan kebangkitan pendidikan di Indonesia , diharapkan aspek-aspek lainnya terangkat,  seperti teknologi, ekonomi, seni dan kebudayaan, Politik, informasi dan lain sebagainya. Supervisi pendidikan dengan program  yang ideal, sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diharapkan mampu membangkitkan kualitas pendididkan di negeri ini secara massif dan eskalatif. Sekarang adalah era persaingan: siapa yang mampu memberikan kualitas terbaik, ia yang menjadi pemenang. Maka, pengelola lembaga pendidikan harus memiliki berbagai sikap kopetitif dalam menjalankan tugas kelembagaannya. Sikap-sikap tersebut, menurut Dedy Mulyasana, adalah sebagai berikut:
            Pertama, memiliki komitmen untuk melakukan yang terbaik dan tetap memperjuangkan keunggulan dan titik kesempurnaan. Kedua, berpegang teguh pada prinsip kejujuran, profesionalisme dan kepercayaan. Ketiga, memiliki prinsip selalu berada di depan karena persaingan adalah adu cepat menggapai garis finis. Keempat, visioner dan mampu memetakan gambaran masa depan ke meja kerja hari ini. Kelima, cermat,penuh perhitungan dan selalu menghindari terjadinya kesalahan.
            Keenam, berorientasi pada prinsip-prinsip kebaikan, keadilan, kejujuran dan kebermanfaatan. Ketujuh, peka terhadap tuntutan aspirasi dan selalu meyakini bahwa semua pihak telah terlayani dengan baik. Kedelapan, cermat, tepat dan cepat dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam menghadapi resiko. Kesembilan, bersikap demokratis, kritis dan terbuka serta  tidak bersikap mutlak terhadap suatu hal. Kesepuluh, tidak sekedar menjual jasa , barang, ilmu, dan keterampilan , tapi selalu menjual kepercayaan dan kepuasan pada semua pihak.
            Kesebelas, mencintai pekerjaan yang ditunjukkan dengan semangat bekerja keras, ulet, dan tanpa mengenal menyerah dalam menghadapi berbagai pekerjaan. Kedua belas, mengelola diri dan waktu. Ketiga belas, bersikap obyektif  dan tidak memberikan  nilai berlebih terhadap diri sendiri. Keempat belas, cermat. Kelima belas, selalu hangat dan bersahabat dengan siapa pun,serta menghargai prestasi dan kebaikan orang sekecil apapun.90
            Sikap kompetitif tersebut harus dimaksimalkan oleh semua elemen lembaga pendidikan, mulai kepala sekolah,jajaran pimpinan, guru, karyawan dan siswa-siswi. Secara lebih detail, ada beberapa kunci sukses mengelola pendidikan dan memenangkan persaingan
            Pertama, ada jaminan bahwa orang lain telah dilayani dengan baik ( bukan dilayani, tapi melayani orang dalam menciptakan suasana kebersamaan untuk mencapai tujuan ). Kedua, ada jaminan bahwa Anda datang lebih cepat di tempat tujuan, sebab persaingan adalah adu cepat mencapai garis finish. Ketiga,melakukan pemutakhiran misi,program, dan strategi organisasi sesuai tuntutan perubahan  dan tuntutan kebutuhan-kebutuhan termasuk akurasi data.
            Keempat, untuk mengantisipasi adanya ancaman dan perubahan, perlu ditetapkan program  dan strategi alternative. Kelima , menguasai sumber-sumber informasi dan teknologi informatika . Keenam, tidak sekedar menjual gedung , ilmu, dan keterampilan, tapi menjual kepercayaan yang di dalamnya ada profesionalisme, jaminan kejujuran akademik, dan nilai-nilai kebenaran.
            Ketujuh, kenalilah masyarakat dan kebutuhannya daripada sekedar berusaha ingin dikenal oleh masyarakat. Kenalilah orang lain, tentu anda akan dikenal oleh orang. Kedelapan, menciptakakn komunikasi  yang efektif dengan stakeholders sehingga terjalin hubungan atas dasar saling memenuhi kebutuhan komunikasi . Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan  dan jalan pikiran pengguna jasa pendidikan.
            Kesembilan, menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siapa pun. Kesepuluh, tidak mengukur orang lain dari kepentingan dan kemampuannya. Kesebelas , tidak menentukan arah angin,tetapi mengawal arah layar pada kapal. Artinya, tidak bertindak tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kedua belas, tidak sekedar menyalahkan, tapi membangun kemajuan bersama, tidak kreatif, tapi berinisiatif. Ketiga belas,pengambil keputusan  tidak menjadikan organisasi sebagai pelabuhan untuk  mengamankan diri. Perahu itu aman apabila berada di pelabuhan, tapi bukan itu maksud perahu itu dibuat.
            Keempat belas, menetapkan sasaran baru objek-objek yang layak untuk dibidik, dan melakukan terobosan-terobosan baru. Ibaratnya, janin itu aman dan nyaman ketika berada dalam telur, tapi ia tidak akan menjadi ayam ketika tidak membongkar cangkang telur. Kelima belas, berpetualang dalam  memajukan lembaga. Sebab, pelaut ulung tidak lahir dari pantai yang tenang ,  tapi tumbuh di atas  gelombang samudera yang  dahsyat.
            Persaingan di  era perubahan bukanlah persaingan dengan sesama lembaga lain, tapi persaingan dengan diri sendiri . Rekayasa ulang, benchmarking,perbaikan secara terus-menerus,  manajemen kualitas total, produksi yang ramping, persaingan berdasarkan waktu (time –based competition), menurut Rawon Gibson(1998:xxxix) hanya merupakan unsur yang amat penting untuk mempertahankan kehidupan organisasi. Namun, hal itu sekadar syarat agar mereka tetap dapat bersaing, bukan untuk memenangkan persaingan.91 Dalam konteks ini, soliditas tim adalah kata kunci. Kesuksesan lahir dari kolektivitas, bukan kerja individu. Kolektivitas  inilah yang menjamin adanya kontinuitas dan konsistensi dalam menjalankan program dan cita-cita besar ke depan.
            Selain langkah tersebut, supervisor hendaknya memberikan bekal berharga kepada lembaga pendidikan agar mampu menjaga eksistensi dan mengembangkan sayap secara progresif. Lembaga pendidikan didorong agar berani bersaing dengan strategi yang matang dan jitu. Berikut beberapa jenis strategi yang patut diperhitungkan sebagai salah satu strategi pilihan oleh para pengambil keputusan dalam menghadapi persaingan.
A. Strategi  Bertahan
Strategi bertahan adalah bentuk strategi persaingan yang dilakukan oleh suatu lembaga yang sedang menghadapi krisis, baik krisis yang muncul akibat banyaknya kelemahan organisasai maupun krisis yang dating dari luar lembaga. Strategi ini terbagi dua, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Strategi Bertahan Total
 Strategi  dikonsentrasikan pada upaya  memperbaiki semua komponen yang dianggap lemah, sedangkan komponen yang dianggap kuat diabaikan sementara. Orientasi kerja diarahkan pada pengembangan internal  daripada melakukan tindakan ekspansi keluar. Untuk melakukan strategi ini, pihak manajemen harus mempunyai program yang terencana dan terukur. Mereka harus berupaya memperbaiki  ( dana, sarana, dan prasarana ), kualitas sumber daya manusia, kultur dan kinerja karyawan, pengembangan lingkungan dan jaringan usaha , kebijakan , struktur , serta manajemen dan system kepemimpinan.
2.    Strategi Penyelamatan ( Rescue strategy )
Strategi ini dilakukan untuk menyelamatkan lembaga pendidikan yang sudah terancam bangkrut. Langkahnya adalah mengutamakan tindakan penyembuhan, berkonsentrasi pada sumber masalah, memperketat kontrol  dan pengendalian, dan menerapkan risk management. Selain itu strategi ini digunakan juga ketika lembaga dalam keadaan darurat, kebijakan dan program bersifat emergency, memperkokoh keutuhan dan persatuan, tidak berorientasi pada keuntungan, tidak melakukan kompetisi, tapi cukup bertahan dan asal bisa selamat, dan program jangka pendek.
B. Strategi Mempertahankan Kehidupan Lembaga.
Pola ini dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan yang dianggap mampu menutupi kelemahan sekaligus meningkatkan komponen yang dianggap mampu menutupi kelemahan sekaligus meningkatkan komponen yang dianggap kuat. Beberapa langkah yang harus dilakukan pimpinan lembaga adalah melakukan langkah asal bisa bertahan , tapi tetap mencari peluang untuk keluar dari masalah; kontrol pengendalian masih dilakukakn secara ketat; menerapkan risk management  ( manajemen resiko); menekankan program dan pendekatan yang bersifat darurat; tidak selalu berkonsentrasi pada keuntungan; memperkokoh sisi yang sudah baik; masih menghindari kompetisi dengan menitik beratkan pada program jangka pendek.
C. Strategi yang Berorientasi pada Persaingan
Ini adalah strategi persaingan yang dilakukan dengan cara melakukan persaingan secara terbuka, Strategi tersebut dilakukan apabila semua komponen yang dimiliki oleh lembaga sudah dianggap kuat. Namun, apabila komponen yang dimiliki tidak siap, penerapan strategi ini akan berakibat buruk pada lembaga, startegi ini terbagi menjadi beberapa bagian , diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Strategi Bersaing Total
            Strategi persaingan dilakukan dengan secara melakukan penekanan terhadap kekuatan dan kelemahan pesaing. Pola ini hanya dapat dilakukan apabila semua komponen lembaga pendididkan yang anda pimpin unggul dalam segalanya . Pola tersebut dilakukan dengan cara berhadapan langsung . Anda harus berani menawarkan harga secara terbuka kepada masyarakat, karena harga yang anda tawarkan lebih kompetitif dibanding yang ditawarkan oleh pihak lain. Anda dapat menawarkan mutu dan produk secara terbuka karena mutu dan produk dan mutu dari lembaga pendidikan yang anda pimpin lebih unggul dengan pihak lain. Anda pun dapat penawarkan system layanan secara terbuka karena sistem layanan pendidikan yang anda tawarkan  lebih unggul dari pihak lain.
2. Tri-Area Power System
             Strategi ini menggunakan tiga kekuatan utama. Untuk melakukakn pola ini, para pengambil keputusan strategis harus mampu menempatkan pesaing ditengah-tengan wilayah kerja usaha Anda sehingga Anda dapat menguasai wilayah persaingan. Pola ini hanya bisa diterapkan apabila posisis lembaga anda sudah kuat disemua lini. Artinya kekuatan intinya lebih unggul, Kekuatan Cadangan dan kekuatan pendukungnya pun sudah lebih baik dari pihak lain. Pola ini tidak dapat diterapkan apabila lembaga yang anda pimpin lemah.
3. Key Sector strategy (Strategi sektor kunci )
            Ini adalah strategi yang menggunakan kekuatan kunci untuk dijadikan sebagai satu-satunya alat bersaing . Misalnya, apabila lembaga pendidikan yang anda pimpin beranggapan bahwa di antara semua komponen yang ada (sarana/gedung, SDM, Modal, pelayanan, harga/biaya, jaringan,manajemen, dsb), ternyata sektor pelayanan dianggap lebih kompetitif disbanding yang lain, maka yang harus ditonjolkan dalam persaingan hanya sektor pelayanan saja dulu. Kampanye dilakukan secara besar-besaran sehingga masyarakat tahu dan merasakan bahwa sistem pelayanan yang diberikan lembaga pendidikan sangat memuaskan. Masyarakat akan tertarik pada pola pelayanan ini. Jika sudah tertarik jangan lupa menyertakan sektor lain, seperti sektor harga yang murah dan kualitas SDM yang andal dengan sektor pelayanan yang sudah dikenal oleh masyarakat.
4. Door to Door System
             Ini adalh sistem penguasaan pasar  yang dilakukan dari pintu kepintu konsumen. Pola ini sangat efektif dilakukan untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat. Syaratnya, harus memiliki tenaga lapangan yang profesional, memiliki keuletan, kemampuan berkomunikasi, wawasan yang luas, serta memilki teman-teman akrab yang banyak.
            Di bidang pendidikan, pola ini dapat diterapkan dengan mendatangi kantong-kantong calon peserta didik. Para petugas mendatangi kantong-kantong calon peserta didik. Para petugas mendatangi calon siswa/mahasiswa, bisa melalui orang tua, teman dekatnya, atau orang yang dihormati oleh mereka.
5. Pola Gerilya
            Ini adalah suatu persaingan yang dilakukan dengan menekan kekuatan lawan secara tersembunyi. Pola ini tidak dapat dilakukan secara terbuka, sebab pesaing yang dihadapi adalah memilki kekuatan disemua sektor. Pola persaingan tidak dilakukan terhadap satu sektor saja, tetapi terhadap beberapa sektor, di beberapa tempat, dan dalam iklim yang berubah-ubah. Misalnya, di tempat A, penganut agamanya kuat, diserang dengan cara mengampanyekan bahwa produk perusahaannya tidak halal. Sedangkan di tempat B, kebanyakan penduduknya sibuk,diserang dengan kampanye bahwa pelayanan yang diberikan mudah, tidak bertele-tele. Dan di tempat C, penduduknya miskin, maka serangannya adalah kampanye tentang murahnya harga barang yang diproduksi.92
            Macam-macam strategi ini tidak lepas dari kondisi obyektif lembaga. Praktisi pendidikan seyogianya tetap mengedepankan sportifitas, ojektivitas, dan integritas. Selain itu, ia tidak menghalalkan segala cara, sebab akan membawa citra buruk bagi lembaga pendidikan sebagai lembaga moral dan keilmuan yang bertanggung  jawab dalam internalisasi nilai-nilai positif bagi kader-kader masa depan bangsa. Pendekatam kekeluargaan dan persaudaraan dikedepankan untuk menghindari konflik dan agitasi yang menjurus kepada perpecahan dan  perang terbuka. Semua lembaga pendidikan mempunyai tujuan mulia, yaitu mensukseskan kader-kader bangsa demi kebangkitan Indonesia tercinta. Maka, persaingan antar lembaga pendidikan jangan sampai mengarah pada upaya mematikan yang lain, sebab akan menimbulkan politik balas dendam, menghilangkan etika, serta mengikis persatuan dan kesatuan serta persaudaraan. Kalau bisa, hendaknya bersaing dan tetap kompak dalam satu tujuan, yakni mencerdaskan kehisupan bangsa. Lebih dahsyat lagi kalau bekerja sama untuk meningkatkan kualitas, sehingga semuanya meraih kesuksesan bersama seperti yang diimpikan seluruh elemen pendidikan.
Kesimpulan
Kebangkitan pendidikan di Indonesia adalah harapan dan cita-cita bangsa ini. Dengan kebangkitan pendidikan di Indonesia , diharapkan aspek-aspek lainnya terangkat,  seperti teknologi, ekonomi, seni dan kebudayaan, Politik, informasi dan lain sebagainya. Supervisi pendidikan dengan program  yang ideal, diharapkan mampu membangkitkan kualitas pendididkan di negeri ini secara massif dan eskalatif. Dalam usaha membangkitkan kualitas pendidikan diperlukan cara, metode dan strategi dalam meningkatkan mutu tersebut yang tidak lepas dari kondisi obyektif lembaga pendidikan serta  tidak menghalalkan segala cara, sebab akan membawa citra buruk bagi lembaga pendidikan sebagai lembaga moral dan keilmuan yang bertanggung  jawab dalam internalisasi nilai-nilai positif bagi kader-kader masa depan bangsa.

Daftar Pustaka
Mulyasa, E 2011. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakata: Bumi Aksara
----------,.2007 Menjadi Kepala sekolah professional.
             Bandung ;Rosda



















Glosarium.
Etika
Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (ahlak)
Eskalasif
 Eskalasi:kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dsb)
Massif
Jumlah yg banyak sekali; sekumpulan orang yg banyak sekali (berkumpul di suatu tempat atau tersebar): kelompok manusia yg bersatu krn dasar atau pegangan tertentu
Internalisasi
Penghayatan thd suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yg diwujudkan dl sikap dan perilaku
Kompetitif
Berhubungan dng kompetisi (persaingan); bersifat kompetisi (persaingan)
Kolektivitas
Perihal (keadaan) kolektif; kekolektifan
Progresif
Berpandangan jauh kedepan
Risk management
Suatu pendekatan terstruktur/  metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman
Strategi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu
Visioner
Orang yg memiliki khayalan atau wawasan ke depan

Pertanyaan :
1.      Berikan alasan mengapa peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sangat penting.
2.      Jelaskan hubungan antara ketersediaan sarana prasarana dengan peningkatan mutu sekolah
3.      Jelskan secara singkat penjelasan mengenai sikap kompetitif yang harus dimiliki lembaga sekolah menurut Dedy Mulyasana.
4.      Pada strategi yang berorientasi persaingan, menurut anda strategi mana  yang bisa diterapkan pada sekolah tempat tugas saudara.
5.      Pola gerilya sedikit tidaknya merupakan pola yang tidak pas apabila dilihat dari penjelasan strategi tersebut,bagaimana pendapat anda ?
Jawaban :
1.      Peningkatan kualitas pendidikan merupakan isu penting yang mengemuka pada era globalisasi pada milenium kedua ini mengingat persaingan global yang telah merambah pada semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia sehingga peningkatan mutu pendidikan sebagai satu jawaban atas tantangan global ini sangat-sangat dibutuhkan agar nantinya Indonesia bisa menjadi Negara maju yang tidak tergantung pada Negara lain.
2.      Hubungan antara sarana prasarana denga peningkatan mutu sekolah dapat dilihat dari animo masyarakat terhadap lembaga sekolah yang memilki sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar,namun sarana prasarana juga berbanding terbalik apabila tidak disertai sumber daya manusia sebagai pengelola sarana prasarana karena banyak kita saksikan di beberapa sekolah atau lembaga pendidikan dengan sarana prasarana yang memadai tidak dapat bertahan lama dan menjadi sia-sia akibat dari tidak kurangnya sumber daya manusia sebagai pengelolanya sehingga dapat dikatakan disini prasarana dapat berdampak positif bagi sekolah apabila diimbangi dengan sumber daya manusia lembaga yang memadai.
3.      Sikap-sikap kompetitif yang harus dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan disekolahnya menurut Dedy Mulyasana dari 14 sikap yang dipaparkan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa lembaga pendidikan harus memilki komitmen yang kuat dalam melaksanakan tujuan untuk kemajuan lembaga pendidikan ,mencintai pekerjaa,visioner , cerdas dan cermat dalam bertindak serta mampu membaca peluang pada situasi dan kondisi yang tepat .
4.      Strategi berorientasi persaingan yang dapat diterapkan di sekolah tempat bertugas adalah strategi sektor kunci mengingat sekolah kami memilki satu keunggulan dari segi pelaksanaan pembelajaran agama dan dari prestasi siswa dalam bidang keagamaan sehingga dapat kami terapkan strategi sektor kunci pada peningkatan prestasi dibidang keagamaan untuk menarik minat dari peserta didik.
5.      Strategi gerilya pada prinsipnya adalah melumpuhkan lawan secara sembunyi-sembunyi dengan menyerang dari arah yang tidak diduga oleh musuh.Pengadopsian prinsip ini dapat dikatakan sebagai satu strategi yang kurang etis mengingat lembaga pendidikan menjujung nilai kebenaran namun apabila dilasanakan dengan cara yang bersih dan melalui pendekatan lapangan ynag kontinyu dan berkesinambungan maka strategi ini dapat berhasil dan mendapatkan tempat di masyarakat.

TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI AFTA 2015

GENERASI UNGGUL MELALUI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGHADAPI  AEC (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY)  DAN AFTA (ASEAN FREE TRADE AREA) 2015

SATRIA IRWANDI
Mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Malang  Jurusan Manajemen Pendidikan


ABSTRAK: ASEAN Free Trade Area(AFTA) yang dibingkai dalam satu wadah ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC)yang merupakan peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia khususnya tantangan dunia pendidikan dalam mencetak tenaga kerja handal dan terampil dibidangnya. Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia khususnya tenaga kerja produktif ternyata masih rendah bila dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lainnya.Pendidikan sebagai sarana mempersiapkan anak bangsa menuju era tersebut haruslah berorientasi pada pendidikan kewirausahaan (enterpreunership) dalam menjadikan dan membentuk mental generasi muda yang mandiri, memiliki inovasi, daya saing, mental pantang menyerah dan mandiri serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta akan produksi dan hasil karya sendiri sehingga mampu bersaing pada era Pasar bebas ASEAN/ASEAN Free Trade Area(AFTA)dan Masyarakat ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC.
Kata kunci :ASEAN Free Trade Area(AFTA),ASEAN Economic Community (AEC),pendidikan kewirausahaan (enterpreunership)
ABSTRACT: The competition faced by Indonesia in the future will be much greater in order to face ASEAN Free Trade Area (AFTA), which is framed in ASEAN Economic Community (AEC) is an opportunity and challenge to Indonesia, especially in the educational challenge scored reliable and skilled labor in the art education level of the people of Indonesia, especially the productive labor force was still low when compared to the ASEAN member other countries, education as a means of preparing the nation toward the era should be oriented entrepreneurship education in making and mental shape independent youth, has innovation, competitiveness, mental unyielding and independent and foster a sense of nationalism and love for the production and the work itself so as to compete in the free market era ASEAN free Trade Area (AFTA) and ASEAN Economic Community (AEC)
Pendahuluan
Pasar bebas ASEAN/ASEAN Free Trade Area(AFTA)yang dibingkai dalam satu wadah yang bernama masyarakat ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC)merupakan peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia yang notabene merupakan populasi terbesar dari Negara-negara yang ada diwilayah ASEAN . Semenjak di deklarasikannya ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 yang lalu di Bangkok. Cita-cita besar bangsa asia tenggara untuk membentuk  masyarakat ekonomi ASEAN guna mewujudkan Negara ASEAN yang maju, aman, sejahtera , stabil, dan makmur serta saling bekerjasama,  telah disepakati bersama yang dituangkan dalam  ASEAN Vision 2020 sebagai  visi dari bangsa-bangsa asia tenggara yang diantara visi klausul tersebut terdapat AEC dan AFTA sebagai bagian yang tar terpisahkan.
AEC dianggap sebagai salah satu sarana agar Indonesia dapat terintegrasi ke dalam sistem global dan dengan demikian meninggalkan ketertutupan akan dunia. Persiapan untuk menghadapi AEC pun mulai menjadi topik pembicaraan yang hangat di kalangan masyarakat.    Dalam konteks manajemen dan bisnis, implementasi AEC akan banyak mengubah tatanan persaingan bisnis yang telah ada (Oki Fauzi Rahman:2014). Adanya liberalisasi ekonomi ini menyebabkan pasar domestik tidak saja akan dikendalikan oleh pelaku usaha domestik saja tetapi juga pelaku usaha dari negara ASEAN lainnya. Sebaliknya para pelaku usaha domestik bisa melakukan ekspansi ke pasar negara ASEAN dengan cara yang relatif lebih mudah.
Penerapan AEC 2015 meletakkan perekonomian Indonesia pada posisi yang menguntungkan jika Indonesia mampu memanfaatkannya, perekonomian Indonesia akan mencapai kejayaan. Kejayaan dalam arti Indonesia sebagai bangsa besar yang berpengaruh dan dihormati dunia, khususnya ASEAN, karena mampu memanfaatkan semangat globalisasi.Artinya, dengan penerapan AEC 2015, terbuka pasar yang lebih luas bagi pengusaha Indonesia untuk memasarkan produknya di Negara-negara anggota ASEAN lainnya.
ASEAN sebagai Organisasi bilateral yang merupakan wujud kerjasama Negara-negara ASEAN  dalam menghadapi era tersebut, harus melakukan persiapan-persiapan,  khususnya dalam bidang kebijakan publik yang menitikberatkan pada sektor-sektor vital  di segala lini untuk mempersiapkan Negara dan bangsa ASEAN menghadapi era tersebut. Kebijakan arah pembangunan Negara- Negara ASEAN menyongsong era tersebut dapat kita lihat pada pembangunan infra struktur dan peningkatan bantuan bagi kelompok usaha produktif telah di lakasanakan oleh Negara –negara ASEAN dan juga negara kita Indonesia.
            Dalam menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN yang akan dimulai pada tahun 2015 pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa pembangunan  dibidang infrastruktur seperti pembangunan bandara Internasional, pelabuhan, jalan, sektor pendidikan dan lain-lain, perekonomian Indonesia akan terjun bebas bila tidak mampu menjawab dan mempersiapkan diri dari segi infra struktur maupun sumber daya manusianya. Artinya Indonesia hanya dimanfaatkan sebagai pasar bagi berbagai komoditas barang dan jasa negara-negara ASEAN.Dengan tingkat kondusivitas pertumbuhan perekonomian serta jumlah populasi penduduk terbesar di ASEAN, sangat memungkinkan skenario ini terjadi.Karena Indonesia sebagai Negara tersebesar dan terluas diantara Negara-negara ASEAN dan merupakan pangsa pasar terbesar dari kebijakan Pasar bebas dari masyarakat ekonomi ASEAN.
Pembentukan generasi Unggul melalui pendidikan
Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat potensial maka pemanfaatan sumber daya Alam dan sumber daya manusia di Indonesia sudah menjadi satu keharusan bagi Negara untuk mengoptimalkan potensi tersebut, namun pada kenyataannya masih jauh dari kata memuaskan, dikarenakan infra struktur dan pendidikan di Indonesia belum merata.
Pasar domestik Indonesia dengan potensi jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang sangat menggiurkan bagi berbagai produk impor.Melihat realitas tantangan yang dihadapi, Indonesia harus mulai berbenah.Tidak banyak waktu bagi Indonesia untuk memperbaiki daya saing perekonomian nasional. Padahal begitu banyak yang perlu segera dilakukan untuk mengatasi berbagai ketertinggalan, khususnya dalam kecepatan doing business, peraturan dan perundangan, birokrasi, permodalan, infrastruktur, dan kualitas produk (Bayu Priawan Joko Sutono:2014).Peningkatan daya saing adalah kebutuhan masa kini yang harus segera dipenuhi serta yang paling utama yaitu penyiapan para generasi muda dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas dunia.
            Kompetisi yang dihadapi Indonesia akan jauh lebih besar dalam menghadapi era Perdagangan bebas Asean dan Masyarakat Ekonomi ASEAN khususnya tantangan dunia pendidikan dalam mencetak tenaga kerja handal dan terampil dibidangnya. Indonesia saat ini memang merupakan salah satu pengekspor tenaga kerja terbesar ke luar negeri, akan tetapi semua justru kebanyakan berasal dari tenaga kerja tidak terampil. Namun, dalam konteks ASEAN Economic Community ini sudah tidak  mengarah pada penempatan tenaga kerja tidak terampil tetapi lebih memfokuskan pada tenaga terampil sehingga akan menunjang kerjasama antar bangsa. 
Sedikitnya jumlah tenaga profesional dan kurangnya penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris menjadi ancaman serius bagi Negara Indonesia, sementara  permasalahan tenaga kerja di Indonesia masih terkonsentrasi  lebih banyak kepada penanganan kasus buruh daripada peningkatan daya saing tenaga terampil.
Kualitas tenaga terampil di Indonesia, menurut Tim Tarif Depkeu(2014) berdasarkan Laporan Bank Dunia, terjadi kesenjangan besar dalam kualitas tenaga terampil di Indonesia.Disebutkan kesenjangan terbesar adalah penggunaan bahasa Inggris (44%), penggunaan komputer (36%), ketrampilan perilaku (30%), ketrampilan berpikir kritis (33%) dan ketrampilan dasar (30%).Hal yang lebih mengenaskan lagi adalah ketimpangan jumlah pekerja di Indonesia hanya 7% saja yang mengenyam pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia khususnya tenaga kerja produktif ternyata masih rendah bila dibandingkan dengan Negara anggota ASEAN lainnya. Dari segenap kekurangan yang ada, tentu ada peluang yang bisa kita tangkap dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community diantaranya Indonesia akan dipacu lebih kompetitif dalam mencetak tenaga terampilnya, Indonesia dapat membuat kerjasama dalam bidang pendidikan dengan negara maju di ASEAN serta mempersiapkan generasi mudanya dibidang pendidikan.
Pendidikan menjadi begitu penting sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan skeptis tentang kemampuan bangsa Indonesiadalam bersaing dengan Negara Asean lainnya dalam era masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) dan Perdagangan bebas ASEAN (AFTA) yang akan dimulai pada tahun 2015. Dengan pendidikanlah  Potensi Indonesia sebagai Negara dengan Jumlah penduduk yang besar dapat tumbuh pesat dan memegang peranan penting dalam era tersebut,  sehingga diharapkan era ini menjadi momen bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh menjadi Negara maju.
Pendidikan sebagai sarana mempersiapkan anak bangsa menuju era tersebut haruslah berorientasi pada pendidikan kewirausahaan ( enterpreunership) dalam menjadikan dan membentuk mental generasi muda yang mandiri dan memiliki inovasi serta daya saing(Republika online:2014).
Menurut Yamin and Tanas(2006):Entrepreneurship is a response to the changing economies/employment landscape and entrepreneurial education should impart the necessary social and transferable skills that future employers may seek.
Kewirausahaan adalah respon  untuk mengubah ekonomi / lanskap kerja dan pendidikan kewirausahaan harus memberikan keterampilan sosial dan memberikan kemampuan/skill yang menjadi tuntutan dunia kerja dimasa yang akan datang
Pendidikan kewirausahaan diharapkan menjadi salah satu jawaban untuk mampu mengatasi tantangan  yang ada pada sektor pendidikan kita disamping peningkatan infrastruktur pendidikan dan tenaga kependidikan yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Sebagai langkah kongkrit dari kebijakan pendidikan haruslah pendidikan kewirausahaan ini dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan kita dan di wujudkan dalam penerapan kurikulum disekolah.
            Wujud pendidikan kewirausahaan di sekolahdapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

Penerapan kewirausahaan di sekolah.
Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan yaitu  mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Pengintegrasian nilai tersebut juga di terapkan dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler yang merupakan  kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Demikian juga Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll).Adapun salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
Komponen selanjutnya adalah ketersediaan Bahan/buku ajar menjadi komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti dalam pembelajaran.Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi sehingga diharapkan tujuan dari pembinaan karakter yang ingin dicapai dalam pembelajaran kewirausahaan dapat tercapai.
Adapun Pengembangan nilai-nilai karakter dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua karakter yang diharapkan dalam pembelajaran yaitu seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
Demikian juga dengan pengintegrasian mata pelajaran kewirausahaan/ Enterpreunership dalam muatan lokal, diharapkan mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan dan juga mampu menciptakan inovasi dari potensi yang dia miliki.


Penutup
Kesimpulan
Sikap mental yang tangguh yang di harapkan dalam pembelajaran kewirausahaan ini tidak hanya menciptakan generasi muda yang hanya mampu sebagai pengusaha-pengusaha retailer yang tetap menjadi sasaran pengusaha dari Negara lain, namun diharapkan nantinya dari pelajaran ini akan terbentuk karakter kewirausahaan yang diharapkan sehingga disamping pelajaran- pelajaran matematika, Sains, dan Bahasa,  yang dapat menciptakan suatu teori dan penemuan baru, pendidikan kewirausahaan ini diharapkan membentuk mental pantang menyerah dan mandiri serta menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta akan produksi dan hasil karya sendiri dan mampu bersaing pada era Pasar Bebas ASEAN dan di tingkat global pada umumnya. Semoga.
Saran
Langkah  sekolahagar dapat meraihsukses dalam menerapkan pola kewirausahaan disekolah adalah kepala sekolah bersama guru dantenaga kependidikan lainnya berpikirkreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yangdiusahakan. Kepala sekolah perlu memberipembelajaran kepada guru dan staf untuk memahami dan mengaktualisasikansemangat dan jiwa kewirausahaan sekolahdengan cara menyesuaikan dengan bidangtugasnya masing-masing. Kepala sekolahdiharapkan mampu menyakinkan semuapihak bahwa sekolah adalah “lahangarapan bersama” dan maju mundurnyasekolah menjadi tanggung jawab bersama.Jika sekolah maju, maka kemajuan itumenjadi “milik bersama” artinya semuapihak mendapatkan manfaat dalam segalabentuknya. Manajemen partisipatif yangditerapkan di sekolah akan memberikankepercayaan kepada guru dan staf sesuaidengan kemampuan yang dimiliki. Sekolahharus mampu mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dan mengoptimalkanperan serta masyarakat sebagai salah satupilar dalam pengembangan sekolah berbasis kewirausahaan untuk membentuk generasi unggul yang dapat bersaing dalam era AFTA dan AEC.







Daftar Rujukan
Diah. M.P (13 Juni 2013), Sudah Siapkah Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community 2015 (Online) (http://martinafiaub.wordpress.com/2013/06/13/sudah-siapkah-indonesia-menghadapi-asean-economic-community-2015/) diakses 28 Nopember 2014
Priawan,B.D (02 April 2013), Tantangan dan Peluang AEC.(Online) (http://budisansblog.blogspot.com/2013/04/tantangan-dan-peluang-aec.html) diakses 28 Nopember 2014
Rachman,O.F (25 Maret 2014)AEC dan rantai Produksi Global.(Online) (http://www.parunten.com/2014/03/25/aec-dan-rantai-produksi-global/) diakses 28/11/2014
Republika Online (14 September 2014), Bertahan Hidup di Dunia Tanpa Batas (Online),(http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/14/09/30/ncp78q16-bertahan-hidup-di-dunia-tanpa-batas) diakses 28 Nopember 2014
S. Yamin and J.K. Tanas, 2006. Entrepreneurial education in Poland for the new millennium: a social capital perspective. Int. J. Business Innovation and Research, Vol. 1, Nos. 1/2, 2006. Inderscience Enterprises Ltd
Tim Tarif Depkeu,2014. ASEAN Free Trade Area (AFTA), (Online), (http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA 9   )  diakses 28 Nopember 2014


profil