TIPS
EFEKTIF SUPERVISI PENDIDIKAN SEKOLAH
Pendahuluan
“ If you know the enemy
better than you know yourself the outcome of the battle has already been
decided”
Sun tzu
Ungkapan dari
sun tzu mengenai startegi dalam memenangkan suatu peperangan dapat kita jadikan sebagai satu perumpamaan,
khususnya di bidang supervisi dalam rangka meningkatkan pendidikan
Indonesia,perlu diperhatikan beberapa aspek dan proses dimana lembaga
pendidikan harus memperhatikan strategi baik sikap-sikap dan langkah-langkah
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sebagai area pertempuran kita
sebagai insan pendidik dimana sangat perlu mengetahui semua kendala yang ada
pada diri lembaga atau sekolah dan dan bagaimana kita mengatasinya untuk dapat meningkatkan
mutu pendidikan dan nilai tawar dari lembaga atau sekolah yang dalam hal ini
posisi dari supervisi sangat dibutuhkan.
Tujuan
Setelah membaca Bab 8 buku ini, pembaca diharapkan
mampu:
1. Memahami
sikap kopetitif pengelola lembaga pendidikan dalam menjalankan tugas
kelembagaannya untuk meningkatkan mutu pendidikan
2. Memahami
strategi Pengelola pendidikan dalam mengambil keputusan untuk menghadapi
persaingan
SUPERVISI DAN KEBANGKITAN
PENDIDIKAN INDONESIA
BAB VIII
Kebangkitan
pendidikan di Indonesia adalah harapan dan cita-cita bangsa ini. Dengan
kebangkitan pendidikan di Indonesia , diharapkan aspek-aspek lainnya
terangkat, seperti teknologi, ekonomi, seni
dan kebudayaan, Politik, informasi dan lain sebagainya. Supervisi pendidikan
dengan program yang ideal, sebagaimana
telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diharapkan mampu membangkitkan
kualitas pendididkan di negeri ini secara massif dan eskalatif. Sekarang adalah
era persaingan: siapa yang mampu memberikan kualitas terbaik, ia yang menjadi
pemenang. Maka, pengelola lembaga pendidikan harus memiliki berbagai sikap
kopetitif dalam menjalankan tugas kelembagaannya. Sikap-sikap tersebut, menurut
Dedy Mulyasana, adalah sebagai berikut:
Pertama,
memiliki komitmen untuk melakukan yang terbaik dan tetap memperjuangkan
keunggulan dan titik kesempurnaan. Kedua,
berpegang teguh pada prinsip kejujuran, profesionalisme dan kepercayaan. Ketiga, memiliki prinsip selalu berada
di depan karena persaingan adalah adu cepat menggapai garis finis. Keempat, visioner dan mampu memetakan
gambaran masa depan ke meja kerja hari ini. Kelima,
cermat,penuh perhitungan dan selalu menghindari terjadinya kesalahan.
Keenam,
berorientasi pada prinsip-prinsip kebaikan, keadilan, kejujuran dan
kebermanfaatan. Ketujuh, peka
terhadap tuntutan aspirasi dan selalu meyakini bahwa semua pihak telah
terlayani dengan baik. Kedelapan,
cermat, tepat dan cepat dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam
menghadapi resiko. Kesembilan,
bersikap demokratis, kritis dan terbuka serta
tidak bersikap mutlak terhadap suatu hal. Kesepuluh, tidak sekedar menjual jasa , barang, ilmu, dan
keterampilan , tapi selalu menjual kepercayaan dan kepuasan pada semua pihak.
Kesebelas,
mencintai pekerjaan yang ditunjukkan dengan semangat bekerja keras, ulet, dan
tanpa mengenal menyerah dalam menghadapi berbagai pekerjaan. Kedua belas, mengelola diri dan waktu. Ketiga belas, bersikap obyektif dan tidak memberikan nilai berlebih terhadap diri sendiri. Keempat belas, cermat. Kelima belas, selalu
hangat dan bersahabat dengan siapa pun,serta menghargai prestasi dan kebaikan
orang sekecil apapun.90
Sikap kompetitif tersebut harus
dimaksimalkan oleh semua elemen lembaga pendidikan, mulai kepala
sekolah,jajaran pimpinan, guru, karyawan dan siswa-siswi. Secara lebih detail,
ada beberapa kunci sukses mengelola pendidikan dan memenangkan persaingan
Pertama,
ada jaminan bahwa orang lain telah dilayani dengan baik ( bukan dilayani, tapi
melayani orang dalam menciptakan suasana kebersamaan untuk mencapai tujuan ). Kedua, ada jaminan bahwa Anda datang
lebih cepat di tempat tujuan, sebab persaingan adalah adu cepat mencapai garis
finish. Ketiga,melakukan pemutakhiran
misi,program, dan strategi organisasi sesuai tuntutan perubahan dan tuntutan kebutuhan-kebutuhan termasuk
akurasi data.
Keempat,
untuk mengantisipasi adanya ancaman dan perubahan, perlu ditetapkan
program dan strategi alternative. Kelima
, menguasai sumber-sumber informasi dan teknologi informatika . Keenam, tidak sekedar menjual gedung ,
ilmu, dan keterampilan, tapi menjual kepercayaan yang di dalamnya ada
profesionalisme, jaminan kejujuran akademik, dan nilai-nilai kebenaran.
Ketujuh,
kenalilah masyarakat dan kebutuhannya daripada sekedar berusaha ingin dikenal
oleh masyarakat. Kenalilah orang lain, tentu anda akan dikenal oleh orang. Kedelapan, menciptakakn komunikasi yang efektif dengan stakeholders sehingga terjalin hubungan atas dasar saling memenuhi
kebutuhan komunikasi . Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan dan jalan pikiran pengguna
jasa pendidikan.
Kesembilan,
menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siapa pun. Kesepuluh,
tidak mengukur orang lain dari kepentingan dan kemampuannya. Kesebelas , tidak menentukan arah
angin,tetapi mengawal arah layar pada kapal. Artinya, tidak bertindak tanpa
arah dan tujuan yang jelas. Kedua belas,
tidak sekedar menyalahkan, tapi membangun kemajuan bersama, tidak kreatif, tapi
berinisiatif. Ketiga belas,pengambil
keputusan tidak menjadikan organisasi
sebagai pelabuhan untuk mengamankan
diri. Perahu itu aman apabila berada di pelabuhan, tapi bukan itu maksud perahu
itu dibuat.
Keempat
belas, menetapkan sasaran baru objek-objek yang layak untuk dibidik, dan
melakukan terobosan-terobosan baru. Ibaratnya, janin itu aman dan nyaman ketika
berada dalam telur, tapi ia tidak akan menjadi ayam ketika tidak membongkar
cangkang telur. Kelima belas,
berpetualang dalam memajukan lembaga.
Sebab, pelaut ulung tidak lahir dari pantai yang tenang , tapi tumbuh di atas gelombang samudera yang dahsyat.
Persaingan di era perubahan bukanlah persaingan dengan sesama
lembaga lain, tapi persaingan dengan diri sendiri . Rekayasa ulang, benchmarking,perbaikan secara
terus-menerus, manajemen kualitas total,
produksi yang ramping, persaingan berdasarkan waktu (time –based competition),
menurut Rawon Gibson(1998:xxxix) hanya merupakan unsur yang amat penting untuk
mempertahankan kehidupan organisasi. Namun, hal itu sekadar syarat agar mereka tetap dapat bersaing,
bukan untuk memenangkan persaingan.91 Dalam konteks ini, soliditas
tim adalah kata kunci. Kesuksesan lahir dari kolektivitas, bukan kerja
individu. Kolektivitas inilah yang
menjamin adanya kontinuitas dan konsistensi dalam menjalankan program dan
cita-cita besar ke depan.
Selain langkah tersebut, supervisor
hendaknya memberikan bekal berharga kepada lembaga pendidikan agar mampu
menjaga eksistensi dan mengembangkan sayap secara progresif. Lembaga pendidikan
didorong agar berani bersaing dengan strategi yang matang dan jitu. Berikut
beberapa jenis strategi yang patut diperhitungkan sebagai salah satu strategi
pilihan oleh para pengambil keputusan dalam menghadapi persaingan.
A. Strategi Bertahan
Strategi
bertahan adalah bentuk strategi persaingan yang dilakukan oleh suatu lembaga
yang sedang menghadapi krisis, baik krisis yang muncul akibat banyaknya
kelemahan organisasai maupun krisis yang dating dari luar lembaga. Strategi ini
terbagi dua, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Strategi
Bertahan Total
Strategi
dikonsentrasikan pada upaya memperbaiki semua komponen yang dianggap
lemah, sedangkan komponen yang dianggap kuat diabaikan sementara. Orientasi
kerja diarahkan pada pengembangan internal
daripada melakukan tindakan ekspansi keluar. Untuk melakukan strategi
ini, pihak manajemen harus mempunyai program yang terencana dan terukur. Mereka
harus berupaya memperbaiki ( dana,
sarana, dan prasarana ), kualitas sumber daya manusia, kultur dan kinerja
karyawan, pengembangan lingkungan dan jaringan usaha , kebijakan , struktur ,
serta manajemen dan system kepemimpinan.
2. Strategi
Penyelamatan ( Rescue strategy )
Strategi ini dilakukan untuk
menyelamatkan lembaga pendidikan yang sudah terancam bangkrut. Langkahnya
adalah mengutamakan tindakan penyembuhan, berkonsentrasi pada sumber masalah,
memperketat kontrol dan pengendalian,
dan menerapkan risk management. Selain itu strategi ini digunakan juga ketika
lembaga dalam keadaan darurat, kebijakan dan program bersifat emergency,
memperkokoh keutuhan dan persatuan, tidak berorientasi pada keuntungan, tidak
melakukan kompetisi, tapi cukup bertahan dan asal bisa selamat, dan program
jangka pendek.
B. Strategi Mempertahankan
Kehidupan Lembaga.
Pola
ini dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan yang dianggap mampu menutupi
kelemahan sekaligus meningkatkan komponen yang dianggap mampu menutupi
kelemahan sekaligus meningkatkan komponen yang dianggap kuat. Beberapa langkah
yang harus dilakukan pimpinan lembaga adalah melakukan langkah asal bisa
bertahan , tapi tetap mencari peluang untuk keluar dari masalah; kontrol
pengendalian masih dilakukakn secara ketat; menerapkan risk management ( manajemen
resiko); menekankan program dan pendekatan yang bersifat darurat; tidak selalu
berkonsentrasi pada keuntungan; memperkokoh sisi yang sudah baik; masih
menghindari kompetisi dengan menitik beratkan pada program jangka pendek.
C. Strategi yang Berorientasi pada
Persaingan
Ini
adalah strategi persaingan yang dilakukan dengan cara melakukan persaingan
secara terbuka, Strategi tersebut dilakukan apabila semua komponen yang
dimiliki oleh lembaga sudah dianggap kuat. Namun, apabila komponen yang dimiliki
tidak siap, penerapan strategi ini akan berakibat buruk pada lembaga, startegi
ini terbagi menjadi beberapa bagian , diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Strategi Bersaing Total
Strategi persaingan dilakukan dengan
secara melakukan penekanan terhadap kekuatan dan kelemahan pesaing. Pola ini
hanya dapat dilakukan apabila semua komponen lembaga pendididkan yang anda
pimpin unggul dalam segalanya . Pola tersebut dilakukan dengan cara berhadapan
langsung . Anda harus berani menawarkan harga secara terbuka kepada masyarakat,
karena harga yang anda tawarkan lebih kompetitif dibanding yang ditawarkan oleh
pihak lain. Anda dapat menawarkan mutu dan produk secara terbuka karena mutu
dan produk dan mutu dari lembaga pendidikan yang anda pimpin lebih unggul
dengan pihak lain. Anda pun dapat penawarkan system layanan secara terbuka
karena sistem layanan pendidikan yang anda tawarkan lebih unggul dari pihak lain.
2.
Tri-Area Power System
Strategi ini menggunakan tiga kekuatan utama.
Untuk melakukakn pola ini, para pengambil keputusan strategis harus mampu
menempatkan pesaing ditengah-tengan wilayah kerja usaha Anda sehingga Anda
dapat menguasai wilayah persaingan. Pola ini hanya bisa diterapkan apabila
posisis lembaga anda sudah kuat disemua lini. Artinya kekuatan intinya lebih
unggul, Kekuatan Cadangan dan kekuatan pendukungnya pun sudah lebih baik dari
pihak lain. Pola ini tidak dapat diterapkan apabila lembaga yang anda pimpin
lemah.
3.
Key Sector strategy (Strategi sektor kunci )
Ini adalah strategi yang menggunakan
kekuatan kunci untuk dijadikan sebagai satu-satunya alat bersaing . Misalnya,
apabila lembaga pendidikan yang anda pimpin beranggapan bahwa di antara semua
komponen yang ada (sarana/gedung, SDM, Modal, pelayanan, harga/biaya, jaringan,manajemen,
dsb), ternyata sektor pelayanan dianggap lebih kompetitif disbanding yang lain,
maka yang harus ditonjolkan dalam persaingan hanya sektor pelayanan saja dulu.
Kampanye dilakukan secara besar-besaran sehingga masyarakat tahu dan merasakan
bahwa sistem pelayanan yang diberikan lembaga pendidikan sangat memuaskan.
Masyarakat akan tertarik pada pola pelayanan ini. Jika sudah tertarik jangan
lupa menyertakan sektor lain, seperti sektor harga yang murah dan kualitas SDM
yang andal dengan sektor pelayanan yang sudah dikenal oleh masyarakat.
4.
Door to Door System
Ini adalh sistem penguasaan pasar yang dilakukan dari pintu kepintu konsumen.
Pola ini sangat efektif dilakukan untuk menghadapi persaingan yang sangat
ketat. Syaratnya, harus memiliki tenaga lapangan yang profesional, memiliki keuletan,
kemampuan berkomunikasi, wawasan yang luas, serta memilki teman-teman akrab
yang banyak.
Di bidang pendidikan, pola ini dapat
diterapkan dengan mendatangi kantong-kantong calon peserta didik. Para petugas
mendatangi kantong-kantong calon peserta didik. Para petugas mendatangi calon
siswa/mahasiswa, bisa melalui orang tua, teman dekatnya, atau orang yang
dihormati oleh mereka.
5.
Pola Gerilya
Ini adalah suatu persaingan yang
dilakukan dengan menekan kekuatan lawan secara tersembunyi. Pola ini tidak
dapat dilakukan secara terbuka, sebab pesaing yang dihadapi adalah memilki
kekuatan disemua sektor. Pola persaingan tidak dilakukan terhadap satu sektor
saja, tetapi terhadap beberapa sektor, di beberapa tempat, dan dalam iklim yang
berubah-ubah. Misalnya, di tempat A, penganut agamanya kuat, diserang dengan
cara mengampanyekan bahwa produk perusahaannya tidak halal. Sedangkan di tempat
B, kebanyakan penduduknya sibuk,diserang dengan kampanye bahwa pelayanan yang
diberikan mudah, tidak bertele-tele. Dan di tempat C, penduduknya miskin, maka
serangannya adalah kampanye tentang murahnya harga barang yang diproduksi.92
Macam-macam strategi ini tidak lepas
dari kondisi obyektif lembaga. Praktisi pendidikan seyogianya tetap mengedepankan
sportifitas, ojektivitas, dan integritas. Selain itu, ia tidak menghalalkan
segala cara, sebab akan membawa citra buruk bagi lembaga pendidikan sebagai
lembaga moral dan keilmuan yang bertanggung
jawab dalam internalisasi nilai-nilai positif bagi kader-kader masa
depan bangsa. Pendekatam kekeluargaan dan persaudaraan dikedepankan untuk
menghindari konflik dan agitasi yang menjurus kepada perpecahan dan perang terbuka. Semua lembaga pendidikan
mempunyai tujuan mulia, yaitu mensukseskan kader-kader bangsa demi kebangkitan
Indonesia tercinta. Maka, persaingan antar lembaga pendidikan jangan sampai
mengarah pada upaya mematikan yang lain, sebab akan menimbulkan politik balas
dendam, menghilangkan etika, serta mengikis persatuan dan kesatuan serta persaudaraan.
Kalau bisa, hendaknya bersaing dan tetap kompak dalam satu tujuan, yakni
mencerdaskan kehisupan bangsa. Lebih dahsyat lagi kalau bekerja sama untuk
meningkatkan kualitas, sehingga semuanya meraih kesuksesan bersama seperti yang
diimpikan seluruh elemen pendidikan.
Kesimpulan
Kebangkitan
pendidikan di Indonesia adalah harapan dan cita-cita bangsa ini. Dengan
kebangkitan pendidikan di Indonesia , diharapkan aspek-aspek lainnya
terangkat, seperti teknologi, ekonomi,
seni dan kebudayaan, Politik, informasi dan lain sebagainya. Supervisi
pendidikan dengan program yang ideal,
diharapkan mampu membangkitkan kualitas pendididkan di negeri ini secara massif
dan eskalatif. Dalam usaha membangkitkan kualitas pendidikan diperlukan cara,
metode dan strategi dalam meningkatkan mutu tersebut yang tidak lepas dari
kondisi obyektif lembaga pendidikan serta
tidak menghalalkan segala cara, sebab akan membawa citra buruk bagi
lembaga pendidikan sebagai lembaga moral dan keilmuan yang bertanggung jawab dalam internalisasi nilai-nilai positif
bagi kader-kader masa depan bangsa.
Daftar Pustaka
Mulyasa, E 2011. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakata: Bumi Aksara
----------,.2007 Menjadi Kepala sekolah professional.
Bandung ;Rosda
Glosarium.
Etika
Ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(ahlak)
Eskalasif
Eskalasi:kenaikan; pertambahan (volume,
jumlah, dsb)
Massif
Jumlah
yg banyak sekali; sekumpulan orang yg banyak sekali (berkumpul di suatu tempat
atau tersebar): kelompok manusia yg bersatu krn dasar atau pegangan tertentu
Internalisasi
Penghayatan
thd suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yg diwujudkan dl sikap dan perilaku
Kompetitif
Berhubungan dng kompetisi (persaingan);
bersifat kompetisi (persaingan)
Kolektivitas
Perihal (keadaan) kolektif; kekolektifan
Progresif
Berpandangan jauh kedepan
Risk management
Suatu
pendekatan terstruktur/ metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman
Strategi
Pendekatan
secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu
Visioner
Orang yg memiliki khayalan atau wawasan
ke depan
Pertanyaan :
1. Berikan
alasan mengapa peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia sangat penting.
2. Jelaskan
hubungan antara ketersediaan sarana prasarana dengan peningkatan mutu sekolah
3. Jelskan
secara singkat penjelasan mengenai sikap kompetitif yang harus dimiliki lembaga
sekolah menurut Dedy Mulyasana.
4. Pada
strategi yang berorientasi persaingan, menurut anda strategi mana yang bisa diterapkan pada sekolah tempat
tugas saudara.
5. Pola
gerilya sedikit tidaknya merupakan pola yang tidak pas apabila dilihat dari
penjelasan strategi tersebut,bagaimana pendapat anda ?
Jawaban :
1. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan isu penting yang mengemuka pada era globalisasi
pada milenium kedua ini mengingat persaingan global yang telah merambah pada
semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia sehingga peningkatan mutu pendidikan
sebagai satu jawaban atas tantangan global ini sangat-sangat dibutuhkan agar
nantinya Indonesia bisa menjadi Negara maju yang tidak tergantung pada Negara
lain.
2. Hubungan
antara sarana prasarana denga peningkatan mutu sekolah dapat dilihat dari animo
masyarakat terhadap lembaga sekolah yang memilki sarana prasarana yang mendukung
kegiatan belajar mengajar,namun sarana prasarana juga berbanding terbalik
apabila tidak disertai sumber daya manusia sebagai pengelola sarana prasarana
karena banyak kita saksikan di beberapa sekolah atau lembaga pendidikan dengan
sarana prasarana yang memadai tidak dapat bertahan lama dan menjadi sia-sia
akibat dari tidak kurangnya sumber daya manusia sebagai pengelolanya sehingga
dapat dikatakan disini prasarana dapat berdampak positif bagi sekolah apabila
diimbangi dengan sumber daya manusia lembaga yang memadai.
3. Sikap-sikap
kompetitif yang harus dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan disekolahnya menurut Dedy Mulyasana dari 14 sikap
yang dipaparkan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa lembaga pendidikan
harus memilki komitmen yang kuat dalam melaksanakan tujuan untuk kemajuan
lembaga pendidikan ,mencintai pekerjaa,visioner , cerdas dan cermat dalam
bertindak serta mampu membaca peluang pada situasi dan kondisi yang tepat .
4. Strategi
berorientasi persaingan yang dapat diterapkan di sekolah tempat bertugas adalah
strategi sektor kunci mengingat sekolah kami memilki satu keunggulan dari segi
pelaksanaan pembelajaran agama dan dari prestasi siswa dalam bidang keagamaan
sehingga dapat kami terapkan strategi sektor kunci pada peningkatan prestasi
dibidang keagamaan untuk menarik minat dari peserta didik.
5. Strategi
gerilya pada prinsipnya adalah melumpuhkan lawan secara sembunyi-sembunyi
dengan menyerang dari arah yang tidak diduga oleh musuh.Pengadopsian prinsip
ini dapat dikatakan sebagai satu strategi yang kurang etis mengingat lembaga
pendidikan menjujung nilai kebenaran namun apabila dilasanakan dengan cara yang
bersih dan melalui pendekatan lapangan ynag kontinyu dan berkesinambungan maka
strategi ini dapat berhasil dan mendapatkan tempat di masyarakat.